Rabu, 09 Mei 2012

REVOLUSI KOMUNIKASI DAN MASYARAKAT


1.     Tiga pendekatan dalam menanggapi perkembangan teknologi komunikasi menurut Anthony G. Wilhelm :
a.         DYSTOPIAN
Aliran ini sangat hati-hati dan kritis terhadap penerapan teknologi, sebab dampak yang ditimbulkan adalah pengacauan kehidupan sosial dan politik. Upaya-upaya yang dilakukan faham ini adalah dengan mengembalikan kualitas-kualitas esensial yang menyusut dalam masyarakat kontemporersebagai contoh interaksi tatap muka dianggap lebih alamiah daripada menggunakan media.
Di sini pengguna teknologi komunikasi bersikap hati-hati, teliti, dan kritis terhadap teknologi yang digunakannya. Karena sekarang ini telah banyak kasus penyimpangan dan kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, misalnya adanya para hacker, dan cybercrime, cyber espionage, cyber sabotage, dan lain-lain.

b.         NEO-FUTURIS
Aliran ini merupakan refleksi dari ‘warisan’ tak terkendali dari gelombang pertama Futurisme. Suatu keyakinan yang tidak kritis sedang berlangsung, yaitu penerimaan terhadap hal-hal baru, teknologi high speed dianggap sebagai kekuatan-kekuatan yang menggilas semua yang dilewatinya, dan meletakkan dasar kerja untuk masa depan yang penuh harapan.
Di sini neo-futuris menganggap bahwa teknologi memudahkan seseorang, entah untuk berkomunikasi, bersosial, berpolitik, bertransaksi informasi, dan sebagainya. Masyarakat dan pengguna teknologi juga menerima keberadaan suatu teknologi baru, karena beranggapan hal tersebut adalah suatu hal yang inovatif untuk dijadikan standart kerja masa depannya.

c.          TEKNO-REALIS
Teknorealis adalah “ teknologi tidak netral” dan “internet adalah revolusioner tetapi tidak utopia”. Faham ini mengakui teknologi digital mempunyai manfaat-manfaat praktis yang dapat digunakan namun tanpa harus melawan nilai-nilai kemanusiaan.
Tekno-realis ialah sebagai penengah antara Dystopian dengan Neo-Futuris dalam penerapan teknologi komunikasi dan dampak-dampaknya dalam masyarakat. Tekno-realis di sini terbuka dan menerima hal-hal baru, namun tetap berhati-hati dengan teknologi tersebut dan berkaca pada nilai-nilai kemanusiaan yang ada.

2.  Istilah yang digunakan para pakar ilmu sosial yang menunjukkan perkembangan fase masyarakat informasi :
·           George Lichtein menggunakan istilah post-bourgeois.
·           Ralph Dahrendorf menggunakan istilah post-capitalism.
·           Amitai Etzioni menjuluki post-modern.
·           Kenneth Boulding memakai istilah post-civilized.
·           Namun dalam hal popularitas, sosiolog Harvard, Daniel Bell menyebutnya dengan istilah masyarakat post-industrial.

3.      Karakteristik masyarakat informasi :
Rogers (1986) merumuskan masyarakat informasi sebagai berikut :
Suatu bangsa di mana mayoritas angkatan kerja adalah terdiri dari para pekerja informasi, dan di mana informasi merupakan elemen yang paling penting. Jadi masyarakat informasi mencerminkan suatu perubahan yang tajam dari masyarakat industrial di mana mayoritas tenaga kerja bekerja dalam pekerjaan manufacturing seperti perakitan mobil dan produksi baja, di mana yang merupakan elemen kunci adalah energi. Kontras dengan itu, para pekerja individu pada masyarakat informasi adalah mereka yang aktifitas utamanya memproduksi, mengolah atau mendistribusikan informasi, dan memproduksi teknologi informasi.”
Sehingga dapat disimpulkan karakteristik masyarakat informasi adalah:
·           mayoritas angkatan kerja adalah terdiri dari para pekerja informasi, jadi masyarakat informasi mencerminkan suatu perubahan yang tajam dari masyarakat industrial di mana mayoritas tenaga kerja bekerja dalam pekerjaan manufacturing seperti perakitan mobil dan produksi baja, yang mana elemen kuncinya adalah energi.
·           informasi merupakan elemen yang paling penting, di mana mencerminkan suatu perubahan yang tajam dari masyarakat industrial yang elemen pentingnya adalah energi, sedangkan pada masyarakat informasi elemen pentingnya adalah informasi.
·           para pekerja individu pada masyarakat informasi adalah mereka yang aktifitas utamanya memproduksi, mengolah atau mendistribusikan informasi, dan memproduksi teknologi informasi,
·           proses produksi dan distribusi segala bentuk informasi, terutama berbasis teknologi komputer elektronik, telah menjadi sektor utama dalam perekonomian masyarakat,
·           interaktifitas media dalam berkomunikasi juga terus mengalami peningkatan, yang mana masyarakat semakin terdorong untuk menjalin hubungan-hubungan sosial melalui jaringan-jaringan media, sehingga secara bertahap hubungan tersebut akan  menggantikan atau melengkapi jaringan sosial kemasyarakatan ataupun komunikasi tatap muka.

4.      Gambaran masyarakat informasi di Jepang :
Joho Shakai atau masarakat informasi menunjukkan sebuah kematangan yang dinyatakan bahwa kemakmuran dan kebudayaan pasca industri sangat bergantung pada teknologi-teknologi informasi (Ito, 1980). Masyarakat seperti ini dibedakan dari setiap tahapan evolusi masyarakat sebelumnya. Pada masyarakat seperti ini informasi sangat dihargai tinggi dan bahan mentah yang mendasari kegiatan-kegiatan ekonomi, industri, dan perkembangan sosial (Tanaka, 1978). Berarti di Jepang pada awal tahun 1970-an masyarakat informasi telah diletakkan dengan baik sebagai konsep yang dapat meningkatkan kepekaan kalangan bisnis, intelektual dan cara pandang masyarakat Jepang terhadap nilai teknologi dan produk informasi sebagai jalan paling tepat mengembangkan masa depan.
Pada tahun 1972, minat besar pemerintah mengetahui adanya pengaruh industri informasi terhadap masyarakat terbukti dalam laporan Departemen Pos dan Telekomunikasi Jepang yang mendorong munculnya kesadaran bahwa teknologi informasi memperpendek ruang waktu dan mengurangi kesenjangan ekonomi masyarakat. Pada periode 10 tahun antara 1960-1970, pemerintah Jepang memperkirakan pasokan informasi meningkat 400%, sedang konsumsinya hanya meningkat 140%. Analisa kekuatan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas pertumbuhan informasi lebih dari 70% didorong oleh peralatan informasi-telepon, pesawat televisi, dan komputer. Sedangkan sisanya seperti pertumbuhan penduduk, tradisi, sumber informasi noneletronik.
Pada tahun 1971 tercatat 75 telepon per seratus orang, data tersebut merupakan peningkatan yang progresif dibanding tahun 1960 hanya 2 telepon per seratus orang. Pada akhir tahun 1977, Jepang telah memiliki 38.000 komputer untuk berbagai tujuan yang seluruhnya bernilai 2.500 milyar Yen atau setara dengan 12 milyar dollar AS. Dan pemerintah Jepang memutuskan pengembangan industri komputer dalam negeri yang benar-benar kompetitif sebagai prioritas utama.

5.       Bangsa indonesia sedang menuju untuk menjadi masyarakat informasi, karena belum secara keseluruhan bangsa Indonesia menjadi masyarakat informasi, atau bisa dibilang hanya sebagian dari kebanyakan masyarakat Indonesia. Kebanyakan dari masyarakat Indonesia, hanya menyimpan dan mendistribusikan, tanpa mengolah, atau hanya menyimpan saja tanpa mengolah dan mendistribusikannya kembali. Sedangkan bila menilik dari pengertian masyarakat informasi sendiri yang aktivitas utamanya adalah memproduksi, mengolah, atau mendistribusikan informasi, dan memproduksi teknologi informasi, maka menurut saya, bangsa Indonesia belum termasuk dalam kategori masyarakat informasi, namun memang sedang menuju menjadi masyarakat informasi.

UAS Komunikasi Politik

Nama             : Ruliana Yunita Sari NIM               : 102022000009 Fakultas/Prodi : FISIP - IKOM Pagi 1.        Uraikan pemahama...